“Systems Thinking is a mixed bag of holistic, balanced and often abstract thinking to understand things profoundly and solve problems systematically.” (Systems Thinking adalah perpaduan pola pikir yang holistik, seimbang, dan terkadang abstrak untuk memahami situasi dengan lebih luas dalam rangka menyelesaikan masalah secara sistematis)
Terlalu sering para leader mengambil keputusan dengan pola pikir linier, sporadis, ego-sentris, kapitalis, inhumanis, dan berorientasi masa lalu (berdasarkan pengalaman) sehingga keputusan tersebut bukan hanya tak menyelesaikan masalah, justru menciptakan banyak masalah baru, atau keputusan itu efektif sesaat tetapi memiliki efek samping yang destruktif di masa depan.
Bagi yang pernah mengalami berada di training center, mungkin anda pernah sering menerima laporan audit atau notulen rapat yang hampir selalu mengatakan masalah kinerja terjadi karena kurang kompetennya pegawai (dan biasanya keputusan itu diambil di balik meja dengan melihat angka-angka semata, jarang yang turun ke lapangan berbicara hati ke hati dengan mereka yang menghasilkan angka itu).
Misalnya; terjadi peristiwa penjualan turun, biasanya rekomendasi rapat berbunyi seperti ini “untuk ditingkatkan kompetensi dan motivasi semua tenaga penjualan melalui pelatihan yang tepat”. tindakan populer yang biasa dilakukan: memanggil seluruh tenaga penjualan terlepas dari tingkatan kompetensi mereka yang berbeda-beda, level motivasi yang berbeda, untuk masuk kelas yang sama yang diisi ‘pakar’ penjualan, waktu pelatihannya kalau bisa malam atau akhir pekan. Sebulan ke depan penjualan meningkat beberapa derajat, untuk kemudian kembali terjerembab.
Bukannya orang training center don’t know what to do, but mostly they don’t do what they know, di situlah peran CorpU menjadi signifikan, jangan-jangan solusinya bukan pelatihan, bisa jadi setelah diteliti mendalam para tenaga penjualan ini kecapekan; ga fokus karena harus jual bejibun produk dan layanan, kerja terus sampai malam, akhir pekan masih teriak semangat pagi sambil kepal tangan, sementara keluarga berantakan karena kurang perhatian, ga ada waktu dan kesempatan menikmati besarnya penghasilan; karena ujung pangkalnya: fisik, mental dan spiritual telah kerontang kekeringan.
Yang pernah berkerut dahinya saat Peter Senge dari M.I.T. menjelaskan Systems Thinking, anda tidak sendiri; dari awal biasanya Prof. Senge mengatakan ada 5C yang perlu dimiliki seseorang yang hendak menguasai Systems Thinking, yaitu: curiousity (keingintahuan), clarity (kejelasan), compassion (welas asih), choice (pilihan), dan courage (keberanian)_
Curiosity, clarity, dan choice hanyalah imbas dari proses penggalian data sebelum pengambilan keputusan, tetapi yang sering dilupakan adalah ilmu abstrak bernama compassion untuk mengatakan bahwa risiko terbesar dari Human Capital adalah tercerabutnya manusia dari keseimbangan kanuragan dan kanurasan. Bukan berarti bekerja keras haram dilakukan, yang mungkin saat ini terjadi kita sering tak sadar kita telah bekerja terlalu edan dengan cara yang sama sejak Tahun 45, sementara dunia telah jauh berbeda. Coba lihat saja pegawai bank; pakaiannya tak berubah dari tahun 1900-an, celana panjang, sepatu kulit, kemeja, dan dasi. Sementara kliennya para taipan muda antara baju kerja dan baju tidur ga ada bedanya.
Yang kedua sering terlupakan adalah courage, keberanian mengatakan bahwa modal jangka panjang di masa depan bukan hanya tercapainya target tahunan, tetapi investasi kita pada kesiapan fisik, mental dan spiritual human capital. Sudah saatnya kita berani mengatakan keseimbangan akan membawa hasil yang jauh lebih besar ketimbang melakukan semua hal di saat bersamaan tak kenal waktu tak kenal kasihan.
Jabat erat,
Triaji Prio Pratomo
Dekan Akademi Kepemimpinan
dan Akademi Kapabilitas Masa Depan
BNI Corporate University