In the world of digital there are only two states, false and true, zero and one. We represent everything else by combining these values together. Binary Logic
Beberapa waktu lalu di sebuah perkumpulan daring (online group) paguyuban pamong antarbangsa (ICF) terjadi dialog seru apakah integritas dapat diukur dalam konteks kompetensi atau tidak. Ada dua kubu, kubu pertama mengatakan integritas dapat diukur dalam skala, sementara kubu kedua mengatakan integritas merupakan nilai (value) yang ukurannya adalah 0 atau 1 (biner); berintegritas atau tidak berintegritas.
Kubu kedua berargumen; bila integritas dijadikan kompetensi maka dalam skala 1 sampai 5 definisinya mungkin akan jadi absurd (1: sangat tidak berintegritas, 2: tidak berintegritas, 3: kurang/agak berintegritas, 4: berintegritas, 5: sangat berintegritas). Kemudian menurut kubu kedua, kompetensi sifatnya cenderung tetap, sedangkan integritas seseorang sangat tergantung lingkungannya, tingkat kewenangannya, serta situasi krisis yang dihadapinya.
Contoh sederhana, seseorang mungkin memiliki kompetensi ‘mengambil barang tanpa terdeteksi’ di tingkat mahir (level 5) tetapi jika kompetensi ini digunakan untuk mencopet atau mencuri yang bukan haknya, maka dalam konteks berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat kita; si pengguna kompetensi ini tidak memiliki integritas karena melanggar hukum, peraturan, norma, dan nilai yang berlaku.
Saya cenderung sependapat dengan kubu kedua namun tetap menghormati mereka yang berpegang pada pemahaman bahwa integritas merupakan kompetensi yang perlu diukur secara berkala.
Integritas sesuai akar katanya ‘integer’ yang artinya ‘tak dapat habis dibagi kecuali oleh dirinya sendiri’, adalah sebuah nilai yang pasti dimiliki secara naluriah oleh setiap manusia, tetapi bukan merupakan kepastian untuk selalu ditunjukkan, sehingga integrity dapat dikatakan sebagai values in action (baru dapat dinilai setelah terjadinya tindakan) bukan dari seberapa mahir ia menjawab pertanyaan dalam sebuah simulasi pengukuran.
Seperti halnya mereka yang lulus fit and proper test menyandang predikat ‘berakhlak mulia’ (setidaknya dari sudut pandang pemegang saham yang juga manusia) untuk mengemban tugas dan amanah dengan hanya dua kemungkinan; berintegritas atau tidak beintegritas, benar atau salah, 0 atau 1. Tidak ada nilai lain di antaranya untuk seorang pemimpin yang nilai-nilai hidupnya mengikuti prinsip biner/digital.
Jabat erat,
Triaji Prio Pratomo
Dekan Akademi Kepemimpinan
dan Akademi Kapabilitas Masa Depan
BNI Corporate University